Sabtu, 21 Maret 2009

OJO ELU - ELU

Agar khalayak mengenal Calegnya, sudah pasti si Caleg harus memperkenalkan dirinya. Dan itu sudah dapat kita fahami dengan maraknya spanduk dan poster – poster dimana - mana. Dijalan raya/jalan protokol, di perempatan , di tikungan, dipasar , swalayan sudah dipenuhi dengan spanduk – spanduk para caleg dari berbagai Partai yang mengusungnya. Dari sanalah wajah – wajah baru dan lama calon legislatif untuk DPR-RI, DPRD tingkat I, maupun DPRD Daerah kita ketahui. Seiring berjalannya waktu kita juga akhirnya mengetahuinya , Oh , yang namanya itu ternyata masih saudaranya si Anu yang Anggota DPR itu, Oh , yang satunya itu ternyata istrinya si Anu yang ketua partai itu, Oh, yang nyaleg di daerah sana ternyata sepupunya si Anu yang jadi anu di situ , Dari situlah akhirnya pelajaran berharga pun didapatkan banyak pihak. Tidak mudah memang memperjuangkan nasib bangsa ini , tidak gampang memang untuk konsekuen dalam perjuangan yang suci memperjuangkan amanah rakyat yang selalu didholimi.

Kita semua maklum tidak ada orang yang ingin berbuat kebaikan tanpa memikirkan dirinya sendiri, pasti dan dapat dipastikan. Tapi yang punya nurani hanya sedikit, kalau sudah punya satu gunung , akan ingin mendapatkan gunung yang lain , demikian seterusnya. Dan memang itulah sifat manusia, Serakah.

Kita lihat masa lalu, mencari pemimpin sangat sulit, meskipun sudah terpilih lewat musyawarah yag sakral tetap yang terjadi adalah tundungan (istilah jawa) tidak mau. Tapi sekarang lihatlah yang ingin menjadi pimpinan atau caleg banyak yang menyodorkan diri nya sendiri, daftar sendiri mencari dukungan sendiri, mempromosikan sendiri, pasang spanduk sendiri dan biaya sendiri akhirnya kalau jadi anggota legislatif keuntungannya untuk dirinya sendiri. Alias memperkaya diri.

Dan pelajaran yang kita dapatkan, pertama, menjadi anggota legislatif berarti suatu yang enak, itu jelas karena gaji besar, tunjangan besar, terhormat, diberi fasilitas dan banyak yang menginginkannya. Kalau dianya sudah jadi ya…, kalau bisa saudara nya , istrinya, keponakannya, cucunya juga mengikuti jejaknya. Kedua, kalau sudah mempunyai tempat yang tinggi akan melupakan perjuangan awal reformasi yang suci , memberantas KKN, Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Sehingga kantor anggota Dewan itu penuh dengan sanak famili.

Mari kita menunduk dan instropeksi diri, langkah yang sudah diambil direnungkan kembali, menata hati , kalau memang toh udah terlanjur jadi , ya selalu ingat amanah , tanggung jawab yang besar , selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena seorang pemimpin yang hanya berIlahkan hanya kepada Allah SWT, Insya Allah tidak akan sampai mempertuhankan hawa nafsunya, jabatannya, kedudukan , pangkat, dan hartanya.

Minggu, 08 Maret 2009